Love is just a word, until someone special gives it a meaning. Cinta hanyalah kata, sampai seseorang yang spesial memberikan sebuah makna.
Ya, semua orang bisa merasakan cinta. Cinta pada Tuhannya, pada Nabi & Rasulnya, pada orang tuanya, pada pendamping hidupnya, atau pada teman dan sahabatnya. Kadang cinta mudah dirasa tapi sulit untuk dikata.
Adalah Avi seorang gadis berdarah minang yang telah jatuh cinta pada teman kuliahnya. Saat itu Avi tengah menyelesaikan studi S1 jurusan design grafis di salah satu universitas di Jakarta. Untuk menyelesaikan tugas akhirnya, Avi kedapatan satu kelompok dengan pria bernama Tra, Tra memiliki tubuh yang tingginya sedikit melebihi Avi. Wajahnya 'meneduhkan' begitu kata Avi kala bercerita padaku. Tra berasal dari suku jawa, suara dan prilakunya pun benar-benar sopan dan ramah. Avi tidak banyak cerita padaku bagaimana akhirnya dia bisa mencintai Tra. Aku hanya tahu karena kedekatan mereka semenjak menjalankan tugas kelompok di akhir semester itulah Avi mulai menyimpan rasa pada Tra. Aku menghargai perasaan Avi, perasaan cintanya membawa dia pada kesabaran untuk menunggu.
Gadis asal minang ini untunglah sudah dibekali ilmu agama oleh Ama ada Apa nya (baca: mama & papa) bahwa pacaran adalah mendekati zina. Dia tidak menunggu untuk mengakatan "aku cinta padamu, jadilah pacarku" dia menunggu untuk sambil memantaskan diri agar kelak dia bisa menjadi seorang istri dan ibu yang baik untuk anak-anaknya. Dia ingin menjadi pendamping hidup Tra.
Saat wisuda telah selesai, Avi sudah mulai jarang bertemu dengan Tra, bahkan sekedar bertegur sapa tidak. Avi terlalu malu untuk memulai sebuah percakapan. Dia hanya tahu kabar Tra dari grup 'sosial media' alumni kampusnya. Tra ternyata sudah bekerja disalah satu organisasi tanggap bencana. Entah beberapa waktu setelah itu, Avi mengetahui bahwa tra mengikuti salah satu olahraga panahan di kompleks masjid akbar ternama di jakarta. Avi pun mulai mengikuti olahraga panahan tersebut. Di sana tentu saja dia bertemu Tra, dia bisa memandangnya dari kejauhan, atau sekedar berbincang singkat, dan pamit pulang. hal-hal sederhana itu telah membuat hati Avi tumbuh harapan kembali.
Avi tahu ilmu Tra lebih tinggi darinya, ilmu dunia atau pun ilmu agama. Tapi Avi tak mau kalah dan malu, dia juga harus terus mendalami ilmu agama dan dunianya. Karena dia ingat sabda Allah SWT salam surah An-Nur : 26 bahwa laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik dan begitu pula sebaliknya. Waktu terus berjalan, perasaannya tak berubah sedikit pun. Tapi berbeda dengan kedua orangtuanya, mereka tidak tahu bahwa Avi sedang memendam cinta. Mereka hanya tahu Avi sudah cukup umur untuk melangsungkan sebuah pernikahan, yang masalahnya dia belum juga bertemu dengan jodohnya dan Allah belum mengabulkan doanya untuk bisa bersama Tra. Singkat cerita, Avi mulai di kenalkan dengan seorang pria oleh 'Apa' nya. Mereka melaksanakan ta'aruf pertama, tapi Avi menolaknya. Aku tidak tau alasannya, biar saja itu menjadi rahasia Avi. Lalu beberapa bulan setelah itu, tepat saat lebaran pamannya, menanyakan apakah Avi sudah siap menikah karena sang paman berencaana untuk menjodohkannya dengan pria berdarah sama dengan keluarga Avi.
Avi pernah bercerita padaku, bahwa gadis minang lebih diutamakan menikahi lelaki dari suku yang sama. Tetapi jika dia lelaki minang, dia bisa bebas untuk menikahi wanita suku apa pun. Tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkan adat istiadat itu. Yang dia inginkan tentu saja calon imam yang bisa membimbingnya mencapai surganya Allah. Karena baginya jodoh bukan untuk sehidup semati, Jodoh sejati itu sehidup sesurga. :)
Karena adanya kegagalan pengalaman ta'aruf yang pertama membuat Avi lebih mempersiapkan diri lagi untuk tawaran ta'aruf dari sang paman. Tapi ada ganjalan di ta'aruf kedua ini, karena sang calon yang sedang di kampung halaman tampaknya tengah dijodohkan oleh keluarganya. Lagi-lagi Avi bersabar, dia terus mengelola hatinya agar tidak condong kepada siapa pun. Karena di satu sisi dia masih menyimpan rasa dengan Tra, tapi desakan orang tua yang tidak bisa dia bantah membuat dia mencoba menerima calon dari orangtuanya dan pamannya.
Tidak lama selang beberapa hari dari Lebaran, Avi mendapatkan sebuah pesan dari grup 'sosmed' alumni kampusnya. Pesan itu dari Tra. Tra mengirimkan sebuah gambar yang mampu meruntuhkan seluruh perasaan Avi padanya. Gambar itu adalah undangan yang tampaknya di design sendiri oleh Tra. Ya, itu adalah undangan pernikahan Tra dan calon istrinya. Aku tau bagaimana perasaan Avi saat itu. Sakit yang menorehkan luka tapi tak tampak di mata. Dia ingin menangis tapi untuk apa? Saat itu juga dia tahu Tra bukanlah jodohnya, dan Allah tidak menakdirkannya dengan dia.
Kini Avi masih tersenyum tegar, perlahan membenahi hatinya yang sempat retak. Melangkah dengan keyakinan bahwa Allah SWT telah mempersiapkan lelaki yang terbaik baginya. Terbaik untuk masa depannya, keluarganya dan juga agamanya.
Salam,
Ami
2 komentar
Duh duuhh 😅
ReplyDeletewahh ada witriani... terimakasih sudah berkunjung xD
Delete