Salamat pagi, engkau jiwa yang tenang menanti
Aku disini di depan jendela kamarku, memikirkanmu setiap waktu
Uap kopi panas yang kuseduh sendiri ini sesekali menggambarkan punggungmu
Sudah ribuan pagi aku memandang bangku kosong didepan meja makan,
Berharap suatu saat ada kau duduk sambil bersama menyantap sarapan
Selamat siang, duhai peneduh jiwa
Sengat teriknya mentari seakan terkalahkan akan bayangan senyummu
Peluh yang menetes didahiku mulai merindukan usapan jemarimu
Langkah kakiku mengemban kewajiban kelak aku yang menafkahimu
Selamat malam, wahai penghangat jiwa
Bisakah kau dengar bahwa malam ini aku memanggil dirimu?
Ku titip rindu pada-Nya agar sampai kedalam kalbumu
Karena kelak kau yang akan memenuhi separuh diriku
Salam penulis,
Ami
0 komentar