Ah rasanya aku ingin menceritakan kisah ku saat memasuki
masa-masa PKL (Praktik kerja lapangan). Saat itu aku di tempatkan di salah satu
hotel berbintang di jakarta karena jurusan yang aku ambil ketika itu adalah
Hotel accomodation. Saat teman-teman satu jurusanku dengan gembiranya bisa PKL
bersama di hotel lain, tapi aku hanya sendiri di hotel yang telah di tunjuk
oleh seorang guruku. Masa PKL ku hanya 3 bulan, tapi itu sudah cukup menyiksaku
karena tak ada satu pun teman dari sekolahku. Sejak pertama kerja aku sudah
ingin PKL ini segera berakhir.
Dua bulan pertama aku di tugaskan oleh supervisor
di lobby area, saat itu aku masuk divisi House keeping. HK singkatannya,
kebanyakan tugasnya adalah membersikan hampir setiap sudut di hotel, tak ada
istilah debu di meja, apalagi kotoran. Atau kalian sering menyebutnya cleaning
service, tapi ini berbeda. Percayalah, aku bahkan sampai sekarang tidak tahu
dimana bedanya. Teman-teman seperjuanganku yang selalu di usik oleh jurusan
lain disekolah selalu membela diri “Kami babu profesional”, tapi istilah itu
sama sekali tidak membantu. Dua bulan aku agak menderita harus membersihkan
sekitaran lobby, harus di tatap beberapa orang yang lalu lalang, mendorong bak
sampah dan membuang semua sampah yang ada di dekat lobby. Sejujurnya aku takjub
pernah bekerja di bagian bawah sebuah prisma pekerjaan.
Suka-dukaku ketika bekerja disana? Oh sukanya
aku sering mendapat tips dari beberapa pengunjung hotel yang sepertinya merasa
kasihan pada seorang anak berusia 16 tahun harus bersusah payah mengelap
dinding lift yang sering kali kotor oleh tangan anak kecil. Dukanya aku harus
tidak boleh jijik pada sesuatu. Pernah suatu waktu ada seorang anak kecil yang
tiba-tiba muntah setelah turun dari lift. Entah apa yang aku pikirkan saat itu,
aku malah ingin menghilang dari tempat kejadian perkara. Aku singkat saja,
intinya supervisorku segera tanggap membantuku dan menyuruhkan mengambil
ditergent dan... selesai! Kami berhasil membersihkannya. (tapi percayalah tidak
mungkin secepat itu)
Tempat khusus untuk menyimpan alat pembersih
lobby area adalah janitor, ruangan dengan luas 1,5m x 1m tepat berhadapan
dengan public toilet. Disana setidaknya aku bisa beristirahat sejenak, yah...
walaupun harus duduk besebelahan dengan setumpuk plastik sampah. Waktu favorit
ku berada di janitor adalah jam 8 malam hari sabtu dan minggu (saat aku masuk
shift siang). Dari sana aku bisa beristirahat sambil mencuri dengar suara piano
yang dimaikan pianis di lobby lounge. Suara musik jazz juga terdengar asik dan
menenangkan.
Masa-masa tersulitku adalah ketika aku sudah
terlalu lapar tetapi jam makan siang masih terlalu lama. Tentu akan
menyenangkan jika bekerja di divisi restaurant, saat lapar melanda, mereka bisa
sedikit mencicipi makanan yang mereka buat. Sedangkan aku? Aku pernah merasa begitu lapar di pagi hari,
sampai aku mengambil sampah yang berada di back office. Sudah menjadi rutinitas
orang yang bekerja di back office mendapat snack. Jadi ketika aku menemukan
beberapa kardus yang sudah tergeletak di keranjang sampah aku mencoba
memungutnya. Dan benar saat ku buka kardus yang masih terlihat rapih itu,
didalmnya terdapat 1 roti yang masih terbungkus plastik,dan sebuah apel yang
tidak dimakan oleh sang empunya. Aku bahagia sekali, pagi ini aku bisa sarapan
dari sisa snack orang. Menurut penglihatanku, makanan yang aku temukan di
kardus itu terlihat higienis. 100% aku yakin, karena setelah memakan makanan
itu, perutku tidak bereaksi apa-apa.
Masa-masa ku di lobby area sudah usai, tapi
tantangan berikutnya menanti. Waktunya aku di tugaskan di Room attendent.
Pikiran menyeramkan seakan menghantui diriku, aku tidak tahu akan seperti apa
aku nanti bekerja sendiri membersihkan kamar hotel. Menurut cerita yang pernah
aku dengar, biasanya seorang room attendent membersihkan 15 kamar dalam sehari.
Rasanya aku mencair mengetahui diriku akan bekerja layaknya romusa di era
modern. Tapi nyatanya, satu bulan sisa masa PKL ku di room atendent akan
dibantu oleh salah seorang senior disana. Jadi, aku akan merasa aman dan terbantu
saat membersihkan 15 kamar dalam sehari.
Minggu pertama aku di tugaskan dengan senior
bernama Ore. Aku suka jika bekerja dengannya, banyak lelucon yang dia ceritakan
kepadaku. Ka ore orang yang baik dan jahil. Ah, aku ingat sekali ada pengalaman
menjijikan saat bekerja bersama ka Ore, saat kami ingin membersihkan sebuah
kamar superior, kami menemukan benda-benda ‘bekas pakai’ yang bertebaran di
lantai kamar hotel. Sampai rasanya aku ingin mengeluarkan makan siangku saat
itu. Untunglah ka Ore yang baik hati, langsung menyuruhku pindah untuk
membersihkan kamar lain.
Ada juga pengalaman yang membuatku shock. Saat
itu kami ingin membersihkan kamar suite di lantai 20. Sebelum mengetuk pintu
kamar ka Ore menyuruhku langsung membersihkan kamar mandi tanpa harus melihat
orangnya. Saat ku tanya kenapa aku tidak boleh melihat orangnya, ka Ore tidak
mau memberi tahuku, dia tetap menyuruhku langsung ke kamar mandi. Sesaat
setelah pintu kamar ka Ore ketuk, suara milik seorang lelaki di dalam menyuruh
kami untuk masuk. Sekali lagi, ka Ore berkata padaku untuk jalan langsung
menuju kamar mandi. Sejujurnya aku agak kesal kenapa dia tidak memberitahu saja
alasannya. Tapi rasa penasaran dan kesal itu langsung hilang seketika ketika
aku tidak sengaja melihat seorang lelaki paruh baya duduk di sofa sambil
merokok di lehernya terdapat kalung rantai emas dan dia hanya memakai celana
dalam. Astaga! Aku tahu saat itu kenapa ka Ore menyuruhku langsung membersihkan
kamar mandi.
Singkat
cerita kami selesai membersihkan kamar lelaki itu, dan kami pun kembali ke
janitor. Aku bertanya pada ka Ore, siapa lakilaki itu? Ternyata dia adalah
salah satu pengusaha di kalimantan yang biasa menginap di sana. Jadi para
senior House keeping sudah tahu kebiasaannya jika membersihkan kamar lelaki itu.
“Suka-suka dia mau pakai baju apa, asal jangan telanjang aja” begitu kata Ka
Ore. Lelaki bercelana dalam itu ternyata memberi kami tips sebesar seratus ribu
rupiah.
Masuk di minggu ketiga, supervisor menyuruhku
bekerja sama dengan ka San, lelaki pendiam yang berwajah manis. Astaga, aku
rasa aku suka dengan ka San. Lalu mulailah kisah cinta monyet ku di saat itu.
Walaupun di ujung rasa sukaku terasa menyakitkan, karena aku baru tahu
bahwa ka San sudah menikah dan sang
Istri tengah mengandung 8 bulan. Jadi ku sudahi perasaan suka ku yang bertepuk
sebelah tangan itu dengannya
Selesailah masa-masa PKL ku yang penuh rasa menjijikan dan kegembiraan. Karena orang-orang yang begitu humble dan menyenangkan itulah aku tidak merasa terasingkan. Saat ini aku sudah tidak begitu tertarik untuk bekerja di Hotel, apalagi untuk bagian Housekeeping. Alasannya, sebagian besar adalah ke khawatiran untuk diriku, apa lagi disana para wanita harus melepas hijab nya. Jadi aku putuskan aku tidak ingin terjun lagi ke dunia perhotelan.
0 komentar