Nostalgia 7 tahun

  • October 19, 2016
  • By Aminah Nurul Jannah
  • 0 Comments

Ah rasanya aku ingin menceritakan kisah ku saat memasuki masa-masa PKL (Praktik kerja lapangan). Saat itu aku di tempatkan di salah satu hotel berbintang di jakarta karena jurusan yang aku ambil ketika itu adalah Hotel accomodation. Saat teman-teman satu jurusanku dengan gembiranya bisa PKL bersama di hotel lain, tapi aku hanya sendiri di hotel yang telah di tunjuk oleh seorang guruku. Masa PKL ku hanya 3 bulan, tapi itu sudah cukup menyiksaku karena tak ada satu pun teman dari sekolahku. Sejak pertama kerja aku sudah ingin PKL ini segera berakhir.

Dua bulan pertama aku di tugaskan oleh supervisor di lobby area, saat itu aku masuk divisi House keeping. HK singkatannya, kebanyakan tugasnya adalah membersikan hampir setiap sudut di hotel, tak ada istilah debu di meja, apalagi kotoran. Atau kalian sering menyebutnya cleaning service, tapi ini berbeda. Percayalah, aku bahkan sampai sekarang tidak tahu dimana bedanya. Teman-teman seperjuanganku yang selalu di usik oleh jurusan lain disekolah selalu membela diri “Kami babu profesional”, tapi istilah itu sama sekali tidak membantu. Dua bulan aku agak menderita harus membersihkan sekitaran lobby, harus di tatap beberapa orang yang lalu lalang, mendorong bak sampah dan membuang semua sampah yang ada di dekat lobby. Sejujurnya aku takjub pernah bekerja di bagian bawah sebuah prisma pekerjaan.


Suka-dukaku ketika bekerja disana? Oh sukanya aku sering mendapat tips dari beberapa pengunjung hotel yang sepertinya merasa kasihan pada seorang anak berusia 16 tahun harus bersusah payah mengelap dinding lift yang sering kali kotor oleh tangan anak kecil. Dukanya aku harus tidak boleh jijik pada sesuatu. Pernah suatu waktu ada seorang anak kecil yang tiba-tiba muntah setelah turun dari lift. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, aku malah ingin menghilang dari tempat kejadian perkara. Aku singkat saja, intinya supervisorku segera tanggap membantuku dan menyuruhkan mengambil ditergent dan... selesai! Kami berhasil membersihkannya. (tapi percayalah tidak mungkin secepat itu)


Tempat khusus untuk menyimpan alat pembersih lobby area adalah janitor, ruangan dengan luas 1,5m x 1m tepat berhadapan dengan public toilet. Disana setidaknya aku bisa beristirahat sejenak, yah... walaupun harus duduk besebelahan dengan setumpuk plastik sampah. Waktu favorit ku berada di janitor adalah jam 8 malam hari sabtu dan minggu (saat aku masuk shift siang). Dari sana aku bisa beristirahat sambil mencuri dengar suara piano yang dimaikan pianis di lobby lounge. Suara musik jazz juga terdengar asik dan menenangkan.


Masa-masa tersulitku adalah ketika aku sudah terlalu lapar tetapi jam makan siang masih terlalu lama. Tentu akan menyenangkan jika bekerja di divisi restaurant, saat lapar melanda, mereka bisa sedikit mencicipi makanan yang mereka buat. Sedangkan aku? Aku  pernah merasa begitu lapar di pagi hari, sampai aku mengambil sampah yang berada di back office. Sudah menjadi rutinitas orang yang bekerja di back office mendapat snack. Jadi ketika aku menemukan beberapa kardus yang sudah tergeletak di keranjang sampah aku mencoba memungutnya. Dan benar saat ku buka kardus yang masih terlihat rapih itu, didalmnya terdapat 1 roti yang masih terbungkus plastik,dan sebuah apel yang tidak dimakan oleh sang empunya. Aku bahagia sekali, pagi ini aku bisa sarapan dari sisa snack orang. Menurut penglihatanku, makanan yang aku temukan di kardus itu terlihat higienis. 100% aku yakin, karena setelah memakan makanan itu, perutku tidak bereaksi apa-apa.


Masa-masa ku di lobby area sudah usai, tapi tantangan berikutnya menanti. Waktunya aku di tugaskan di Room attendent. Pikiran menyeramkan seakan menghantui diriku, aku tidak tahu akan seperti apa aku nanti bekerja sendiri membersihkan kamar hotel. Menurut cerita yang pernah aku dengar, biasanya seorang room attendent membersihkan 15 kamar dalam sehari. Rasanya aku mencair mengetahui diriku akan bekerja layaknya romusa di era modern. Tapi nyatanya, satu bulan sisa masa PKL ku di room atendent akan dibantu oleh salah seorang senior disana. Jadi, aku akan merasa aman dan terbantu saat membersihkan 15 kamar dalam sehari.


Minggu pertama aku di tugaskan dengan senior bernama Ore. Aku suka jika bekerja dengannya, banyak lelucon yang dia ceritakan kepadaku. Ka ore orang yang baik dan jahil. Ah, aku ingat sekali ada pengalaman menjijikan saat bekerja bersama ka Ore, saat kami ingin membersihkan sebuah kamar superior, kami menemukan benda-benda ‘bekas pakai’ yang bertebaran di lantai kamar hotel. Sampai rasanya aku ingin mengeluarkan makan siangku saat itu. Untunglah ka Ore yang baik hati, langsung menyuruhku pindah untuk membersihkan kamar lain.

Ada juga pengalaman yang membuatku shock. Saat itu kami ingin membersihkan kamar suite di lantai 20. Sebelum mengetuk pintu kamar ka Ore menyuruhku langsung membersihkan kamar mandi tanpa harus melihat orangnya. Saat ku tanya kenapa aku tidak boleh melihat orangnya, ka Ore tidak mau memberi tahuku, dia tetap menyuruhku langsung ke kamar mandi. Sesaat setelah pintu kamar ka Ore ketuk, suara milik seorang lelaki di dalam menyuruh kami untuk masuk. Sekali lagi, ka Ore berkata padaku untuk jalan langsung menuju kamar mandi. Sejujurnya aku agak kesal kenapa dia tidak memberitahu saja alasannya. Tapi rasa penasaran dan kesal itu langsung hilang seketika ketika aku tidak sengaja melihat seorang lelaki paruh baya duduk di sofa sambil merokok di lehernya terdapat kalung rantai emas dan dia hanya memakai celana dalam. Astaga! Aku tahu saat itu kenapa ka Ore menyuruhku langsung membersihkan kamar mandi.


Singkat cerita kami selesai membersihkan kamar lelaki itu, dan kami pun kembali ke janitor. Aku bertanya pada ka Ore, siapa lakilaki itu? Ternyata dia adalah salah satu pengusaha di kalimantan yang biasa menginap di sana. Jadi para senior House keeping sudah tahu kebiasaannya jika membersihkan kamar lelaki itu. “Suka-suka dia mau pakai baju apa, asal jangan telanjang aja” begitu kata Ka Ore. Lelaki bercelana dalam itu ternyata memberi kami tips sebesar seratus ribu rupiah.


Masuk di minggu ketiga, supervisor menyuruhku bekerja sama dengan ka San, lelaki pendiam yang berwajah manis. Astaga, aku rasa aku suka dengan ka San. Lalu mulailah kisah cinta monyet ku di saat itu. Walaupun di ujung rasa sukaku terasa menyakitkan, karena aku baru tahu bahwa  ka San sudah menikah dan sang Istri tengah mengandung 8 bulan. Jadi ku sudahi perasaan suka ku yang bertepuk sebelah tangan itu dengannya


Selesailah masa-masa PKL ku yang penuh rasa menjijikan dan kegembiraan. Karena orang-orang yang begitu humble dan menyenangkan itulah aku tidak merasa terasingkan. Saat ini aku sudah tidak begitu tertarik untuk bekerja di Hotel, apalagi untuk bagian Housekeeping. Alasannya, sebagian besar adalah ke khawatiran untuk diriku, apa lagi disana para wanita harus melepas hijab nya. Jadi aku putuskan aku tidak ingin terjun lagi ke dunia perhotelan.

You Might Also Like

0 komentar