Aku ingin menyerah mencintaimu, tapi belum (part 5)
- May 05, 2017
- By Aminah Nurul Jannah
- 0 Comments
May ternyata telah menyukainya lebih lama dari diriku. Kalau mau
dibandingkan, mungkin rasa suka Mar lebih tulus dibandingkan aku yang hanya menjadikan
Kay sebagai pelampiasan. Mar berkata dia telah menyukai Kay, saat dirinya
pertama bertemu di kantor ini. Kisahnya tidak jauh beda denganku, aku jadi
curiga apa semua wanita di kantor ini benar-benar jatuh cinta pada pandangan
pertama saat bertemu dengan Kay? Entahlah, mungkin memang aura Kay yang begitu
besar sampai bisa membuat Mar,aku dan beberapa wanita di kantor ini atau diluar
sana menyukainya.
Alasan Mar bertanya denganku adalah karena dia tidak pernah
berbincang langsung dengannya, atau ke lapangan mengurus seminar bersama Kay
dan teamnya. Saat kita menyukai seseorang, pastilah kita ingin tahu semua
tentang dirinya bahkan sampai hal-hal terkecil. Aku memang tidak tahu semua
tentang Kay, tapi sebagian yang aku ketahui saat itu aku ceritakan pada Mar.
Sampai kami kembali kerumah masing-masing, dan waktu terus berjalan sampai kami
berteman berbulan-bulan lamanya, Mar belum tahu bahwa aku juga menyukai Kay.
Saat aku tahu hati harus memilih jalan yang mana
Ternyata banyak hati menuju jalan yang sama
Andai mengutarakan maksud bisa begitu cepat tanpa jeda
Aku pasti kalah dalam menghadapi hati yang lebih sempurna
Jadi sekarang aku masuk dalam permainan
Ini permainan doa dan harapan
Aku mendoakanmu, dia mendoakanmu, mereka mendoakanmu
Tapi kami tidak tahu kamu mendoakan yang mana
Aku bersiap untuk bisa melihat kebahagiaanmu, dia juga, meraka pun sama
Tapi kami tidak tahu bahagiamu untuk siapa
Aku bersiap untuk berharap ada di sampingmu, ternyata da juga, mereka sama
Tapi siapa yang kau inginkan kami pun buta
Terakhir, kami bersiap
Jika kelak kamu adalah kebahagiaan orang lain yang dituliskan Tuhan
Bukan aku, dia, dan mereka.
Saat aku tahu hati harus memilih jalan yang mana
Ternyata banyak hati menuju jalan yang sama
Andai mengutarakan maksud bisa begitu cepat tanpa jeda
Aku pasti kalah dalam menghadapi hati yang lebih sempurna
Jadi sekarang aku masuk dalam permainan
Ini permainan doa dan harapan
Aku mendoakanmu, dia mendoakanmu, mereka mendoakanmu
Tapi kami tidak tahu kamu mendoakan yang mana
Aku bersiap untuk bisa melihat kebahagiaanmu, dia juga, meraka pun sama
Tapi kami tidak tahu bahagiamu untuk siapa
Aku bersiap untuk berharap ada di sampingmu, ternyata da juga, mereka sama
Tapi siapa yang kau inginkan kami pun buta
Terakhir, kami bersiap
Jika kelak kamu adalah kebahagiaan orang lain yang dituliskan Tuhan
Bukan aku, dia, dan mereka.
Tahun berganti, pekerjaanku sudah lebih ringan dibanding tahun
sebelumnya. Persahabatanku dengan Mar semakin erat, niatku untuk menjadikan Kay
pelampiasan sudah sirna dan sekarang rasa sukaku ini belum bergeser sedikitpun
darinya. Aku sering kali memberanikan diri berbincang singkat di kafetaria
dengan Kay jika dia tengah duduk sendiri atau dengan beberapa orang rekannya.
Sesekali aku ajak Mar untuk ikut nimbrung. Tentu saja dia senang sekali bisa
dekat dengan Kay, dia mempunyai kebiasaan ‘Terlalu sering berterima kasih’
setelah dia ku ajak berbincang dengan Kay.
Aku tidak tahu mana yang lebih menyakitkan, aku membantu sahabatku untuk dekat dengan orang yang aku sukai. Atau melihat sahabatku merasa kecewa dengan kebohongan yang sembunyikan. Pasalnya kay pernah mengirimiku sebuah pesan singkat, dia mengajakku untuk datang ke acara yang di adakan divisinya di salah satu café yang bertemakan ‘book and cat’. Dia sengaja mengajakku karena aku pernah mengatakan bahwa aku sangat suka dengan buku dan kucing, jadi ajakan itu aku terima dengan senang hati. Disana kami bercengkrama, menikmati penampilan dadakan Standup Comedy salah satu assistant Kay yang aku kenal. Walau aku tidak terlalu dekat dengan semua orang di divisi Kay, entah kenapa aku malah merasa nyaman karena pembawaan Kay yang bisa membuatku berbaur dengan mereka.
Saat kami selesai acara gathering, Kay menawarkan diri untuk mengantarku pulang. Saat dalam perjalanan sekali lagi dia memintaku untuk memutarkan lagu di playlistku. Dalam perjalanan kami sesekali bersenandung bersama, saat lagu yang kusuka dan Kay tahu terputar. Malam itu hanya dengan menikmati hal semacam mendengarkan lagu aja sudah membuatku bahagia. Aku harap saat itu Kay juga bisa merasakan hal yang sama.
Aku tidak tahu mana yang lebih menyakitkan, aku membantu sahabatku untuk dekat dengan orang yang aku sukai. Atau melihat sahabatku merasa kecewa dengan kebohongan yang sembunyikan. Pasalnya kay pernah mengirimiku sebuah pesan singkat, dia mengajakku untuk datang ke acara yang di adakan divisinya di salah satu café yang bertemakan ‘book and cat’. Dia sengaja mengajakku karena aku pernah mengatakan bahwa aku sangat suka dengan buku dan kucing, jadi ajakan itu aku terima dengan senang hati. Disana kami bercengkrama, menikmati penampilan dadakan Standup Comedy salah satu assistant Kay yang aku kenal. Walau aku tidak terlalu dekat dengan semua orang di divisi Kay, entah kenapa aku malah merasa nyaman karena pembawaan Kay yang bisa membuatku berbaur dengan mereka.
Saat kami selesai acara gathering, Kay menawarkan diri untuk mengantarku pulang. Saat dalam perjalanan sekali lagi dia memintaku untuk memutarkan lagu di playlistku. Dalam perjalanan kami sesekali bersenandung bersama, saat lagu yang kusuka dan Kay tahu terputar. Malam itu hanya dengan menikmati hal semacam mendengarkan lagu aja sudah membuatku bahagia. Aku harap saat itu Kay juga bisa merasakan hal yang sama.
Esokannya Mar mengetahui bahwa aku
hadir ke gathering divisi Kay.Tentu aku jawab dengan jujur dan merasa bersalah
telah menikmati hari bersama Kay di belakang Mar. Sehari itu Mar terlihat
berbeda tidak seperti biasanya. Benar saja, sore hari ketika kami pulang Mar
menanyakan perasaanku sekali lagi terhadap Kay. Pertanyaan yang selalu aku
hindari setiap kali Mar bertanya, tapi untuk saat itu aku memberanikan diriku.
“Ya, aku juga menyukainya.” Jawabku sambil menatapnya dengan perasaan maaf yang
teramat sangat.
(Bersambung)
0 komentar